Rabu, 25 Maret 2015

FRIENDS FOREVER // [[Urban Legend]]

Friends Forever adalah kisah urban legend tentang dua sahabat yang bernama Alice dan Sarah. Mereka melakukan sumpah darah dan berjanji akan menjadi sahabat selamanya..

Ada dua gadis berusia 15 tahun bernama Alice dan Sarah yang telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, sekolah yang sama dan juga berada di kelas yang sama. Singkatnya, mereka tak terpisahkan. Namun, mereka mempunyai karakter yang sangat berbeda. Alice seorang gadis ceria, sementara Sarah sangat pemalu.

Suatu hari, Sarah dan Alice sedang berbicara tentang persahabatan mereka.

"Apa menurutmu kita akan menjadi sahabat selamanya?" Tanya Alice.

"Aku kira begitu," jawab Sarah. "Kenapa tidak?"

"Aku tidak tahu," kata Alice. "Kadang-kadang ketika orang bertambah tua, mereka akan terpisah."

"Aku punya ide," kata Sarah. "Mari kita melakukan sumpah darah!"

"Apa?" Tanya Alice terkejut.

"Sumpah darah," kata Sarah. "Dengar, kita berdua harus bersumpah bahwa kita adalah 'Best Friends Forever'. Kita berdua bersumpah kalau kita akan melakukan apapun yang kita bisa, dan untuk memastikan kalau kita akan bersama selamanya. "

"Itu omong kosong, Sarah," kata Alice. "Kita tidak akan kehilangan kontak. Kita akan selalu bersama-sama. "

Tapi Sarah tetap bersikeras dan akhirnya Alice pun setuju untuk usulan tersebut.

Sarah mengambil dua jarum dan menyerahkan salah satu ke Alice. Dua sahabat itu mengambil secarik kertas dan menulis "Best Friends Forever" di atasnya, kemudian menulis nama mereka di bagian bawah. Mereka menyalakan lilin dan memanaskan jarum tadi. Mereka mengambil jarum itu, kedua gadis itu menusukkan jarum ke jari telunjuk mereka dan mengoleskan setetes darah pada kertas tadi. Sumpah darah mereka sekarang telah dilakukan.

Tahun-tahun telah berlalu, mereka tumbuh dewasa dan sudah lulus dari sekolah. Alice pergi ke perguruan tinggi di kota lain, sementara Sarah tinggal di kampung halaman dan mendapatkan pekerjaan di sebuah toko lokal. Mereka masih terus berhubungan melalui telepon, setidaknya sekali seminggu.

Ketika Alice telah menyelesaikan gelar sarjana hukum, dia mendapat pekerjaan yang baik dan memutuskan untuk menikah. Alice dan sumainya membeli sebuah rumah dan menetap disana.

Beberapa tahun kemudian, Alice memiliki bayi laki-laki yang tampan. Alice begitu sibuk dengan keluarganya, dia jarang menemukan waktu untuk menelepon Sarah. Dan ua sahabat itu tidak pernah lagi berhubungan, mereka telah kehilangan kontak.

Pada akhirnya, kehidupan telah memimpin dua gadis itu ke jalan yang berbeda dan mereka tidak pernah bertemu satu sama lain sejak lulus sekolah.

Suatu malam, Alice memiliki mimpi buruk yang mengerikan. Dia mengemudi di sepanjang jalan raya tak berujung, tiba-tiba sebuah truk di depannya mulai berbelok ke jalur nya. Truk itu tergelincir dan kemudian bertabrakan dengan mobilnya.

Dia terbangun tiba-tiba, keringat dingin membasahi wajahnya. Saat berusaha untuk menenangkan diri, dia mendengar bel pintu depan rumahnya berbunyi. Dia melirik jam di samping tempat tidurnya, jam menunjukkan pukul 03:00. Suaminya masih tertidur pulas di sisinya.

Bel pintu berbunyi lagi, berkali-kali. Bertanya-tanya siapa yang datang untuk mengunjunginya pada tengah malam, Alice bangun, dan turun ke ruang depan.

Ketika dia membuka pintu depan, dia terkejut melihat seorang wanita berdiri di teras. Wanita itu sangat pucat dan dahinya berdarah. Meskipun telah banyak berubah, Alice mengenalinya segera. Itu adalah sahabat lamanya, Sarah.

"Ya Tuhan, Sarah! Apa yang terjadi?" Serunya.

Sarah hanya menatapnya.

"Ayo masuklah, diluar hujan," kata Alice. "Apa kau terluka?"

Sarah tidak beranjak dari tempatnya berada.

"Masuklah, Sarah!?" Pinta Alice.

"Lama tidak bertemu, Alice!" Ucap Sarah dengan suara pelan. "Aku datang untuk memenuhi janjiku. Aku datang untuk memberitahumu, aku sudah mati."

Alice terdiam.

Sarah mengangkat tangannya dan menunjuk Alice dengan jari telunjuknya. Jarinya meneteskan darah.

"Hidup telah memisahkan kita," Sarah melanjutkan, "tapi kita akan bersama-sama dalam kematian. Aku akan menunggumu..."

Kemudian Alice pingsan.

Keesokan paginya, ketika Alice terbangun, dia menemukan dirinya berbaring di tempat tidur, di samping suaminya. Dia mengusap matanya dan bertanya-tanya, apa kejadian semalam hanyalah mimpi buruk?

Saat sarapan, dia menyalakan televisi dan apa yang dia lihat sungguh membuatnya kaget. Penyiar berita di televisi memberitakan, malam sebelumnya, pada pukul 03:00, telah terjadi kecelakaan lalu lintas yang fatal. Sebuah truk bertabrakan dengan mobil di jalan raya. Pengemudi mobil itu tewas seketika. Pengemudi mobil itu seorang wanita bernama Sarah.

Sejak saat itu, kehidupan Alice menjadi neraka. Dia hampir tidak makan apa-apa, dia lupa untuk menjemput anaknya dari sekolah dan ketika dia pergi untuk bekerja, dia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.

Setiap malam, Alice memiliki mimpi buruk yang sama. Dia akan bangun karena suara bel di pintu depan, membuka pintu dan menemukan Sarah berdiri di sana dengan jari telunjuk yang berdarah. Dia akan mengatakan hal yang sama: "Aku akan menunggumu.."

Setiap pagi, Alice terbangun dengan keringat dingin, sprei yang bernoda darah dan merasakan sakit yang luar biasa di jarinya dan ketika dia melihatnya, jarinya berlumuran darah. Suaminya tidak mengerti apa yang terjadi. Dia membawa istrinya ke dokter dan psikiater, tapi tak satu pun dari mereka bisa menemukan penjelasan tentang keanehan itu.

Kondisi Alice bahkan lebih buruk. Dalam mimpi buruknya, dia melihat Sarah berdiri di samping tempat tidurnya, menunjuknya dengan jari telunjuk yang berdarah.

Suatu malam, sang suami dibangunkan oleh suara mengerikan. Itu adalah suara kaca yang pecah. Dia berlari ke tempat dimana suara itu berasal dan menemukan jendela yang rusak.

Mengintip keluar jendela, dia melihat Alice berbaring di trotoar, tubuhnya miring. Pria itu bergegas turun dan keluar dari pintu depan. Ada genangan darah di sekitar kepala istrinya.

Di sampingnya, di trotoar, ada sebuah tulisan dari darah.. tulisan yang berbunyi FRIENDS FOREVER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar