Jumat, 20 Maret 2015

Dompet Pembawa Sial // [[#WayToDie]]

"Udah lah, ambil aja..."

Ditengah keramaian terminal bis dan dibawah cerah dan teriknya matahari yang menyinari kota banyak orang yang berlalu lalang untuk mencari bis sesuai dengan tujuan masing-masing. Pada siang itu saat jarum jam menunjuk ke angka 11 siang di suatu bis terdapat keramaian yang luar biasa tidak seperti biasanya. Dengan ingin memanfaatkan situasi yang sangat ramai di dalam bis ini, ada dua orang pria yang menggunakan kostum hitam-hitam yang identik dengan kostum preman. Kedua pria yang berdiri di bagian belakang bis ini saling berbisik untuk merencanakan strategi yang akan mereka lakukan di dalam bis. Kebetulan yang mungkin akan menjadi rejeki untuk kedua pria ini, terdapat seorang wanita yang terlihat sangat menarik. Wajahnya yang sangat cantik dan indah pun terlihat saat wanita itu menoleh sebentar kebelakang. Tidak hanya itu, tubuhnya yang aduhai pun ikut mendukung wajahnya yang cantik. Namun itu semua tidak mengurungkan niat kedua pria tadi untuk beraksi nekat karena kebetulan juga wanita tesebut menjepit dompetnya diantara sikut tangan dan bagian samping rusuknya.

Kedua pria tersebut pun semakin gencar untuk berdiskusi halus sembari mengatur strategi untuk merebut dompet wanita tersebut. Sampai pada akhirnya kedua pria tersebut menemui jalan buntu dalam strategi mereka karena kondisi bis yang sangat ramai dan akan sulit untuk menemukan celah kosong untuk mengambil dompet wanita tersebut. Jantung kedua pria ini berdebar kencang, dan tangannya gemetaran lantaran takut ketahuan oleh orang-orang didalam bis. Kondisi dan perasaan kedua pria tersebut layaknya pencopet amatir yang belum pernah melakukan hal itu sebelumnya, padahal mereka menjalani aksinya sudah hampir 2 tahun. Salah satu dari kedua pria itu bahkan sempat tidak tega karena wajah wanita tersebut yang sangat cantik dan tubuhnya yang seksi membuatnya sedikit ragu.

"Gimana bro, sikat gak tuh cewek?" Bisik salah satu dari kedua pria itu karena merasa ragu dan takut. Sejauh ini bis yang mereka naiki sudah berjalan selama 10 menit, dan mereka masih belum melancarkan aksi mereka.

"Udah lah, ambil aja..." Ujar pria satunya lagi dalam bisikan halus. Karena takut sang target akan turun dari bis, mereka akhirnya mulai beraksi.

Pria yang satu menunggu dipintu bis dan pria yang satunya lagi yang akan mengambil dompet tesebut. Ternyata bukan keberuntungan yang mereka dapat, justru maut yang datang. Dompet sudah ditangan, karena padat dan berdesak-desakkan si wanita itu tidak berasa kalau dompetnya sudah pindah tangan. Akibat tergesa-gesa pria yang bertugas mengambil dompet dengan buru-buru berjalan menerobos kepadatan didalam bis dan menuju temannya yang menunggu di pintu bis. Tanpa disadari tali sepatu pria tersebut terlepas dan tidak sengaja tali sepatunya terinjak oleh sesosok bapak-bapak berkumis yang persis berada dibelakangnya. Pria itu pun terjatuh dan tiada seorangpun yang menahannya agar tidak jatuh ke lantai bis, orang-orang disekitarnya justru menghindarinya dan membiarkannya terjatuh mengenai lantai bis itu. Pria ini mencoba bangun dengan segera. Saat masih tergeletak dibawah ia menoleh keatas dan berupaya untuk bangun. Bagaikan pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, belum sempat bangun pria ini menjerit kesakitan sesaat setelah seorang wanita disekitarnya yang tidak sengaja menginjak wajahnya tepat di bagian mata karena kehilangan keseimbangan berdiri ketika bis tersebut guncang saat melintasi jalan yang berlubang. Darah pun membuncah dari mata pria itu, terlebih lagi karena wanita ini menggunakan sepatu heels yang tidak terlalu tinggi. Orang-orang disekitarnya yang ikut menyaksikan kejadiaan saat mata pria itu terinjak pun langsung teriak lantaran kaget dan takut akan darah-darah itu. Teman dari pria itu pun hanya diam dan pura-pura tidak tahu.

Sang wanita yang menjadi sasaran tadi langsung menoleh kebelakang dan melihat dompetnya berada ditangan pria yang matanya sudah hancur itu. Wanita itu langsung berteriak sembari mengatakan ke orang disekitarnya bahwa pria itu adalah copet yang telah mengambil dompetnya. Tanpa pikir panjang, orang-orang yang berada disekitarnya gemas dan langsung memukuli, menginjak, bahkan menendang pria itu karena ternyata pria itu adalah pencopet. Pria yang dihakimi itu sudah lemas tak berdaya, kepalanya sudah hancur sebagian karena ditendangi. Tulang rusukya bahkan sudah hancur akibat diinjak-injak. Adapun bapak-bapak berkumis yang tadi berada tepat dibelakang pria itu meluapkan kekesalannya dengan menghantam rahang pria itu sampai patah, ia kesal karena tidak mengetahui bahwa pria itu sedang mencopet. Semakin kesal, orang-orang yang menghakimi pria itu bahkan tidak segan-segan untuk membuat jantung pria itu takkan bekerja lagi. Darah semakin deras mengalir hingga menetes di jalan raya. Teman nya yang tadi menunggu di pintu bis sempat gemetaran bahkan sampai berkeringat saat melihat darah melintas dihadapannya, ia takut akan bernasib sama dengan teman nya.

"Orang kayak gini emang gak pantes hidup! Biarin aja dia mati." Ujar salah seorang penumpang yang ikut memukuli pria itu.

Setelah puas menghakimi pria tersebut, para penumpang pun langsung menuntut supir bis untuk berhenti untuk turun. Wanita yang nyaris menjadi korban pencopetan itu langsung mengambil dompetnya dan turun. Dan teman dari pria  yang sudah tak berdaya itu ikut turun dan kabur tidak menghiraukan teman nya. Sang supir yang melihat penumpangnya sudah kosong langsung mengecek kondisi di dalam bisnya yang sudah dibanjiri oleh darah. Ia melihat si korban yang bentuk fisiknya sudah tidak jelas. Mulut nya sudah robek dengan kondisi rahang yang patah akibat pukulan keras. Baju pria itu sudah sangat basah akibat darah. Tulang tengkorak pria itu bahkan sampai pecah akibat diinjak dan ditendangi berulang-ulang. Dan kondisi itu membuat isi dalam kepalanya yaitu otaknya berserakan keluar. Darah masih mengalir dari mata, mulut dan kepalanya. Supir itu pun bingung bagaimana harus membersihkan bis nya yang sangat bau amis darah itu.

Supir pun menelpon temannya untuk membantunya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar